Irama Gendhing itu Nafas Hidup
Nafas Hidup : Membangun Peradaban Batin, Nabuh Rasa
Di dalam karawitan gamelan, kita tahu ada irama atau wirama yang menjadi nafas hidupnya gendhing. Jika diumpamakan wirama gendhing itu adalah nafas kehidupan, maka tanpa nafas ya kehidupan berhenti.
Seperti nafas, wirama itu berirama. Dan irama gendhing bagaikan irama nafas kehidupan.
Sebuah kehidupan yang adab, yang belajar, yang bermanfaat. Begitulah peresapan tentang wirama gending atau lagu karawitan, yang diiringkan barungan atau ansambel dalam orkestra gamelan.
Penghayatan Pardiman Djoyonegoro.
Sebagai budayawan gamelan dan karawitan, Pardiman menabuh roso tiap gendhing dan menghirup keindahannya. Bahkan dalam tidurnya pun, pasti gending itu berirama sendiri dengan larasnya. Ini karena demikian kusuknya Pardiman mengolah dan menggarap rosonya dalam menabuh.
Karena roso itu ada di dalam jiwa, sedangkan jiwa itu lepas bebas jika tidak terkekang, maka irama gendhing-gendhing Pardiman kadang bergejolak riang gemuruh. Lalu tenang mengalun, seperti pasir alun-alun. Indah.
Pada titikala suwuknya seluruh gendhing karawitan kelak, jiwa terbawa sukma yang nyaman damai di alam luhur. Mesu budi. Mertapa setelah ramai kehidupan.
Gendhing dan Karawitan itu Perjalanan Hidup
Gending adalah tetenger repertoar dalam pagelaran karawitan.
Tabuhan gamelan mengiringi gending dalam perjalanan sebuah karawitan adalah hasil olahan pikir, rasa dan karsa.
Bagi penabuh instrumen gamelan dalam sebuah upakara atau pagelaran, nafas atau wiramanya itu menghidupkan perjalanan karawitan. Maka karawitan seolah mengalir seperti dalam perjalanan hidup jiwa yang bermuara ke kedamaian batin.
Karawitan adalah mandala gangsa, bagaikan jiwa yang dinamis aktif mengisi kehidupan semesta. yang tergambar dalam karawitan.
Penggarapan karawitan atau proses mulad itu mencakup laras keras dan lirihnya bunyi, kombinasi nada, tempo dan irama serta gendingnya.
Wirama dalam Garap Karawitan
Jalannya wirama gendhing dan karawitan adalah karena berubahnya laku seperti urutan perjalanan hidup.
Jika tidak berubah, maka berhenti dari tahapan hidup. Sesuai hakekat kehidupan nyata, jalannya berurutan mulai dari Buka, Lamba, Dados, Pangkat Dawah, Dawah Kalajengaken, Kaseling, Pangkat Suwuk dan berakhir Suwuk.
Urut-urutan Gending
Buka : Buka bisa dimaknai sebagai proses kelahiran, menangis, membuka mata, merasakan udara meskipun belum tersadar sepenuhnya.
Lamba : Bayi bisa berguling, mengepas-ngepaskan irama dan jalannya kehidupan
Dados : Sebagai anak kecil, mulai menapak bumi, menggedruk pelan,membuka hubungan baru dengan kawan-kawannya, mulai mencipta irama yang akan dijalani
Kalajengaken : perjalanan terus berlanjut menginjak dewasa, sudah saling mengenal bahkan saling menghayati satu sama lain dalam aktivitas penuh penghayatan batin, akhirnya manusia di usia dewasa kawin, saling membutuhkan. Menyatu dalam irama namun instrumen gamelan yang diperani, tetap beda-beda dan masing-masing.
Kaseling : Setelah dalam bidug-bidug mahligai rumah tangga, tantangan selajutnya adalah kaseling-seling. Dengan berbagai kesibukan dan keasikan mengarungi jalannya karawitan. Kadang diselingi irama tinggi, nada rendah, mancing, ikut arisan namun tetap berkohesi.
Pangkat suwuk: Bisa diartikan ater-ater, atau persiapan kepada suwuk, menata hidup untuk lahir Kembali, Dalam fase menata hidup berbuat baikdengan laku becik untuk reresik, agar menemukan dalan hidup becik terus sampai suwuknya nati
Suwuk : Tahap terakhir dari wirama perjalanan.Ketika gendhing terakhir diam atau terhenti. Maka gendhing sudah suwuk. Baik gending maupun karawitan sudah suwuk, maka pikiran jadi berputar, gendhing apa atau pagelaran apa yang akan terjadi? Gentigenten, lir gumanti, Cakra manggilingan. Menurut wirama semesta.
Pada jalan kehidupan seperti ada pencuri di malam hari, tidak dinyana bisa datang. Lagu atau pagelaran bisa terhenti nafasnya.
Kemampuan dan Patrap dalam Tabuh, Gendhing dan Karawitan
Terdapat beberapa unsur dalam gending Jawa, yaitu Wiraga, Wirama dan Wirasa. Menurut Pardiman dalam buku Nabuh Rasa, Wiraga terkait dengan bagaimana seorang Pengrawit bersikap dan menyikapi serta memberi respon dalam tabuhan gending. Sikap itu berhubungan dengan kemampuan, unggah-ungguh dan patrap.
Wirasa berhubungan dengan indra perasa, kemampuan serorang pengrawit, demikian Pardiman, tidak hanya sekedar teknis. Tapi juga harus mampu memberi roh pada gendhing yang ditampilkan. Sedangkan wirama berhubungan dengan keterampilan dalam hal tanggap dan sasmita
Sungguh, karawitan adalah produk jenius, jejak dan jalan kejayaan Nusantara
Everything is very open with a really clear clarification of the issues. It was definitely informative. Your site is very helpful. Thanks for sharing!
Im more than happy to find this page. I wanted to thank you for your time for this fantastic read!! I definitely really liked every part of it and i also have you book-marked to look at new things in your site.
Terima kasih telah membuka pembelajaran wawasan tentang makna hidup melalui proses nabuh rasa
Im very pleased to uncover this page. I want to to thank you for your time just for this fantastic read!! I definitely appreciated every little bit of it and i also have you saved to fav to look at new stuff in your web site.